Hukum

Ketua Sementara DPRD Yalimo Kritisi Penggusuran Lahan yang Dilakukan Koramil 1702 Yalimo

470
×

Ketua Sementara DPRD Yalimo Kritisi Penggusuran Lahan yang Dilakukan Koramil 1702 Yalimo

Sebarkan artikel ini

Melanesiatimes.com – Tindakan yang dilakukan oleh Koramil 1702-05 di Distrik Benawa Kabupaten Yalimo Provinsi Papua Pegunungan menuai kritik tajam dari Ketua Sementara DPRD Yalimo, Obaja Deal.

Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan pada Minggu, 16 Februari 2025, Obaja menilai langkah Koramil mengusur lahan milik warga, terutama milik Bapak Petrus Paluke, adalah tindakan yang tidak profesional dan tidak sesuai dengan tugas TNI.

Obaja, yang juga merupakan Putra Pribumi Benawa, menekankan pentingnya menghormati hak-hak keluarga Paluke yang telah menjadi bagian dari sejarah di Distrik Benawa. “Mereka adalah tuan tanah asli di sini. Sebelum semua orang berkumpul, mereka sudah ada, dan bahkan membawa misionaris ke daerah ini,” ujarnya kepada wartawan.

Lebih lanjut, Obaja menyayangkan tindakan Koramil yang dianggap sewenang-wenang dalam mencabut tanaman yang ditanam oleh Bapak Petrus Paluke. Ia mengingatkan bahwa tindakan tersebut melanggar Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, yang seharusnya menjaga kedaulatan dan melindungi masyarakat, bukan sebaliknya.

Obaja juga mengusulkan agar pembangunan Jembatan Timbang tidak dilakukan di lokasi yang bermasalah, melainkan di tempat yang lebih strategis seperti Kampung Naira, Meteor, dan Buruku, yang merupakan akses langsung ke berbagai area penting. “Jembatan tersebut seharusnya dibangun di lokasi yang tidak merugikan masyarakat adat,” jelasnya.

Ia menekankan pentingnya dialog untuk menyelesaikan sengketa tanah yang sudah berlarut-larut di Benawa. “Semua pihak perlu duduk bersama dan mendiscuss ini dengan baik,” harap Obaja. Sebagai langkah awal, ia mengajak pemuda dan masyarakat Benawa untuk bersatu mendukung hak Bapak Petrus Paluke dalam melawan pengusuran.

Obaja juga berencana untuk mengunjungi lokasi tersebut secara langsung untuk berbicara dengan warga terkait pengusuran lahan mereka. “Kami harus bersatu dan tidak membiarkan unsur luar memaksa kehendak di tanah tempat kami hidup,” tegasnya.

Dengan langkah-langkah ini, Obaja berharap masyarakat dapat memperkuat kesatuan dan gotong royong dalam membangun Distrik Benawa. Aspirasi dan hak masyarakat adat, bagi Obaja, harus senantiasa diutamakan tanpa adanya tekanan dari pihak luar.

Dorongan untuk berdialog dan berbicara terbuka menjadi kunci dalam menyelesaikan permasalahan tersebut demi terciptanya keadilan dan kesejahteraan di wilayah Yalimo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!