Melanesiatimes.com – Insiden yang melibatkan beberapa warga di perairan Piaynemo berakhir dengan permintaan maaf dan klarifikasi antara pihak kapal Ratu Laut dan oknum masyarakat yang terlibat dalam pemalakan.
Pertemuan antara perwakilan desa, syahbandar, Polsek Waibar, pelaku wisata, dan aktivis sosial dilakukan untuk menjernihkan situasi yang sempat mencekam ini.
Kepala Desa Pam, Nikolas Obinaru, dalam pertemuan tersebut menyampaikan permohonan maaf kepada pihak kapal Ratu Laut atas tindakan yang dilakukan oleh oknum warga dari desanya.
“Saya atas nama pimpinan desa memohon maaf kepada Crew Kapal Ratu Laut atas kesalahan yang terjadi. Kami berupaya untuk menempuh jalur perdamaian,” ungkap Nikolas saat berbicara dengan captain kapal dan awaknya.
Captain Kapal, Budie Christofel, menyambut baik permintaan maaf tersebut. Ia menyayangkan insiden ini karena terjadi saat kapal membawa wisatawan dari berbagai negara.
“Kami menerima permohonan maafnya. Semoga ke depan tidak terulang lagi. Kami semua sudah berdamai dan menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan,” katanya.
Mediasi yang berlangsung diusai insiden menunjukkan komitmen semua pihak untuk menjaga keamanan dan kenyamanan wisatawan di Raja Ampat. Budie menegaskan, situasi ini tidak hanya merugikan wisatawan, tetapi juga mengganggu reputasi Raja Ampat sebagai destinasi wisata unggulan.
Angky Dimara, seorang tokoh muda dan aktivis sosial asal Kampung Pam, juga ikut bersuara dalam pertemuan tersebut. Dalam pernyataannya, ia mengucapkan terima kasih kepada crew kapal yang menerima permohonan maaf. “Kami menghargai perhatian semua pihak dalam insiden ini dan mohon maaf kepada yang merasa terganggu,” ujarnya.
Pihak berwenang, termasuk Syahbandar Yeriel Mayor dan Polsek Waibar, juga ikut serta dalam upaya menyelesaikan masalah. Mereka berharap insiden serupa tidak akan terulang di masa mendatang, terutama saat kapal melayani wisatawan.
Kerjasama antara pihak kapal dan masyarakat lokal diharapkan dapat menciptakan atmosfer yang lebih aman untuk para pengunjung. Mereka sepakat pentingnya menjaga nama baik Raja Ampat sebagai destinasi wisata yang damai dan menyenangkan.
Konflik tersebut menyoroti tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan pariwisata di daerah terpencil seperti Raja Ampat. Namun, pertemuan ini menunjukkan bahwa semua pihak berkomitmen untuk mencari solusi pacifis.
Dengan adanya kesepakatan damai, setiap orang berharap agar pengalaman wisata di Raja Ampat tetap aman dan nyaman. “Mari kita bersama menjaga Raja Ampat, laut kita, dan memberikan rasa nyaman kepada semua yang berkunjung,” tutup Angky.
Insiden ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak untuk terus meningkatkan komunikasi dan kolaborasi dalam menjaga keamanan dan kenyamanan kawasan wisata. INO