PeristiwaWisata

Minim Transportasi Laut Sejumlah Warga Misool Utara yang Hendak Pulang Harus Gigit Jari

2
×

Minim Transportasi Laut Sejumlah Warga Misool Utara yang Hendak Pulang Harus Gigit Jari

Sebarkan artikel ini

Melanesiatimes.com – Transportasi laut di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya, sepertinya sulit jabarkan. Tiap kali mendekati peringatan hari besar Islam, seperti Idul Fitri dan Idul Adha bahkan liburan Nataru (Natal Tahun Baru) bisa dipastikan banyak warga pulau terlantar di Kota Sorong. Itu terjadi karena armada kapal yang kurang mumpuni dan tidak memadai nyaris tidak ada. Jumlah kapal yang terbatas tidak bisa mengangkut lonjakan warga pulau yang ingin pulang kampung.

 

 

Misool adalah salah satu daerah di Kabupaten Raja Ampat dan ketika cuaca tidak bersahabat, transportasi laut yang ada juga hampir tidak bisa menerjang keganasan ombak di tengah laut Misool. Sehingga ketika cuaca ekstrem, kapal tidak dilayarkan. Itu dilakukan guna menghindari hal yang tidak diinginkan. Akibatnya, lagi-lagi, warga kepulauan yang hendak menghirup udara kampung halaman harus gigit jari.

 

Tepat pada momentum arus mudik usai liburan Natal dan Tahun Baru 2025, pada tanggal 5 januari ini, warga distrik Misool Utara berharap pada pemerintah setempat agar memerhatikan transportasi laut. Ketersediaan kapal selama ini dinilai masih jauh dari keinginan warga. Sehingga perlu ada kebijakan baru yang harus dilakukan Pemerintah Kabupaten Kabupaten Raja Ampat, untuk memaksimalkan pelayanan kepada warga yang mendiami 117 kampung.

 

“Kapal merupakan hal yang urgen dan mendesak bagi warga pulau. Itu bagian dari rentetan kegiatan perekonomian warga, jika hal ini terus dibiarkan maka imbasnya bisa sampai kehidupan sosial masyarakat di distrik Misool Utara,” ujar tokoh pemuda Kampung Waigama, Sutrisno Woy, senin (06/01/2025).

 

Wilayah daratan bagi warga, kata Nur, seperti urat nadi. Jika transportasi laut jauh dari harapan, dapat diartikan telah terjadi pelemahan di sektor perekonomian warga pulau. Sebab itu, Ia berharap, pemerintah mau mencari solusi dibalik mandeknya transportasi laut. Sehingga kekurangan kapal yang terjadi selama ini bisa terpenuhi.

 

“Pengadaan kapal tentu saja harus benar-benar memperhatikan kebutuhan masyarakat kepulauan. Harus kapal yang bisa berlayar di segala kondisi cuaca,” tegasnya.

 

Red/ino

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *