Melanesiatimes.com – Presiden Amerika Serikat Joe Biden tiba di Angola pada Senin (2/12) untuk lawatan pertamanya ke Afrika Sub-Sahara sebagai presiden. Lawatan tiga hari ini bertujuan untuk memperkuat pengaruh AS di wilayah yang kaya akan sumber daya mineral penting, yang semakin vital dalam perkembangan teknologi energi bersih dan kendaraan listrik.
Selama kunjungannya, Biden akan menyoroti proyek ambisius pembangunan kembali Railway LoBito Corridor, yang akan melintasi Zambia, Kongo, dan Angola. Proyek ini diharapkan dapat memperkuat kehadiran Amerika di kawasan yang memiliki cadangan mineral penting yang digunakan dalam produksi baterai untuk kendaraan listrik dan perangkat elektronik.
Biden juga dijadwalkan untuk mengunjungi Cape Verde, negara kepulauan di Samudra Atlantik, untuk pertemuan tertutup dengan Perdana Menteri Ulisses Correia E Silva. Di Angola, Biden akan bertemu dengan Presiden João Lourenço, mengunjungi Museum Perbudakan Nasional, dan menginspeksi proyek jalur kereta api di kota pelabuhan LoBito.
Lawatan ini dilakukan hanya beberapa minggu sebelum masa jabatan Biden berakhir, dengan presiden terpilih dari Partai Republik, Donald Trump, bersiap untuk mengambil alih pada 20 Januari. Kunjungan ini sebelumnya dijadwalkan pada tahun 2023, namun sempat tertunda beberapa kali, salah satunya akibat Badai Milton. Penundaan tersebut menambah kesan bahwa Afrika belum menjadi prioritas utama kebijakan luar negeri AS.
Biden sempat berjanji untuk mengunjungi Afrika setelah menyelenggarakan KTT AS-Afrika pada Desember 2022. Sementara itu, Presiden AS terakhir yang mengunjungi Afrika Sub-Sahara adalah Barack Obama pada 2015. Biden sendiri sebelumnya sempat berkunjung ke Mesir pada 2022 untuk menghadiri KTT iklim PBB.
Dengan lawatan ini, Biden berharap dapat memperkuat hubungan AS dengan negara-negara Afrika, sembari menanggapi pengaruh Tiongkok yang semakin mendalam di kawasan ini.
#ReferensiRakyatMelanesia