Abdullah Kelrey : Founder Nusa Ina Connection
Melanesiatimes.com – Pendidikan seharusnya menjadi wadah utama untuk mencetak generasi yang berwawasan luas dan berkompeten. Namun, fenomena di Indonesia menunjukkan realita yang cukup mengkhawatirkan. Banyak yang menilai bahwa sektor pendidikan di Tanah Air lebih condong pada orientasi bisnis ketimbang menciptakan ekosistem pembelajaran berbasis ilmu pengetahuan.
Kampus Jadi Ladang Bisnis
Biaya pendidikan yang terus melambung tinggi menjadi sorotan utama. Mulai dari biaya masuk sekolah hingga perguruan tinggi, semuanya seperti berlomba untuk menguras kantong masyarakat. Tak sedikit orang tua yang terpaksa berutang atau menjual aset demi memastikan anaknya dapat mengenyam pendidikan.
Fenomena ini diperburuk oleh praktik komersialisasi di kampus. Banyak perguruan tinggi lebih fokus pada program-program studi yang menguntungkan secara finansial, sementara bidang ilmu murni seringkali terpinggirkan. Padahal, ilmu pengetahuan adalah pondasi penting dalam membangun kemajuan bangsa.
Lulusan Berorientasi Pasar, Bukan Inovasi
Hasil dari pendekatan ini adalah lulusan yang cenderung berorientasi pada kebutuhan pasar semata. Kreativitas dan inovasi kerap diabaikan karena institusi pendidikan lebih memilih mencetak individu yang siap kerja dibandingkan individu yang siap menciptakan pekerjaan.
Hal ini memicu keprihatinan banyak pihak, termasuk para pengamat pendidikan. Mereka menilai bahwa pendidikan di Indonesia saat ini kehilangan ruhnya sebagai tempat untuk memperkaya ilmu dan mengembangkan karakter manusia.
Butuh Transformasi Sistem Pendidikan
Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi persoalan ini. Transformasi sistem pendidikan menjadi lebih inklusif, berbasis ilmu pengetahuan, dan tidak sekadar mengejar keuntungan finansial harus menjadi prioritas.
Pendidikan adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Jika terlalu dikuasai oleh kepentingan bisnis, bagaimana Indonesia bisa bersaing di kancah global?
Tidak ada komentar