Pendidikan Indonesia: Lebih Fokus pada Bisnis Dibanding Pengembangan Ilmu Pengetahuan?

waktu baca 2 menit
Senin, 25 Nov 2024 20:21 0 9 Redaktur

Abdullah Kelrey : Founder Nusa Ina Connection

Melanesiatimes.com – Pendidikan seharusnya menjadi wadah utama untuk mencetak generasi yang berwawasan luas dan berkompeten. Namun, fenomena di Indonesia menunjukkan realita yang cukup mengkhawatirkan. Banyak yang menilai bahwa sektor pendidikan di Tanah Air lebih condong pada orientasi bisnis ketimbang menciptakan ekosistem pembelajaran berbasis ilmu pengetahuan.

Kampus Jadi Ladang Bisnis

Biaya pendidikan yang terus melambung tinggi menjadi sorotan utama. Mulai dari biaya masuk sekolah hingga perguruan tinggi, semuanya seperti berlomba untuk menguras kantong masyarakat. Tak sedikit orang tua yang terpaksa berutang atau menjual aset demi memastikan anaknya dapat mengenyam pendidikan.

Fenomena ini diperburuk oleh praktik komersialisasi di kampus. Banyak perguruan tinggi lebih fokus pada program-program studi yang menguntungkan secara finansial, sementara bidang ilmu murni seringkali terpinggirkan. Padahal, ilmu pengetahuan adalah pondasi penting dalam membangun kemajuan bangsa.

Lulusan Berorientasi Pasar, Bukan Inovasi

Hasil dari pendekatan ini adalah lulusan yang cenderung berorientasi pada kebutuhan pasar semata. Kreativitas dan inovasi kerap diabaikan karena institusi pendidikan lebih memilih mencetak individu yang siap kerja dibandingkan individu yang siap menciptakan pekerjaan.

Hal ini memicu keprihatinan banyak pihak, termasuk para pengamat pendidikan. Mereka menilai bahwa pendidikan di Indonesia saat ini kehilangan ruhnya sebagai tempat untuk memperkaya ilmu dan mengembangkan karakter manusia.

Butuh Transformasi Sistem Pendidikan

Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi persoalan ini. Transformasi sistem pendidikan menjadi lebih inklusif, berbasis ilmu pengetahuan, dan tidak sekadar mengejar keuntungan finansial harus menjadi prioritas.

Pendidikan adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Jika terlalu dikuasai oleh kepentingan bisnis, bagaimana Indonesia bisa bersaing di kancah global?

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

"Semua orang ingin dihargai, tapi banyak yang lupa untuk menghargai orang lain dulu." Hormat itu saling memberi, bukan cuma diminta.

"Orang bilang waktu adalah uang, tapi banyak yang menghabiskannya untuk hal sia-sia." Hargai waktumu, karena tidak ada toko yang menjual waktu tambahan.

"Kalau sibuk hitung rezeki orang, kapan sempat hitung bersyukur sendiri?" Rumput tetangga selalu hijau, tapi siapa tahu tanahnya beracun.

“Cinta yang dipenuhi alasan hanya bertahan sampai alasan itu hilang." Cinta yang sejati bertahan tanpa perlu dicari alasannya!.

"Orang suka menilai kebahagiaan dari luar, tapi lupa bahwa senyuman juga bisa dibuat-buat." Jangan iri pada apa yang terlihat, karena yang tak terlihat sering kali lebih nyata.

"Cinta yang dipenuhi alasan hanya bertahan sampai alasan itu hilang."Cinta yang sejati bertahan tanpa perlu dicari alasannya!

"Katanya teman sejati, tapi sinyalnya hilang pas kita butuh." Teman yang baik itu hadir, bukan cuma saat senang.

"Dia yang paling sibuk mengomentari, biasanya yang paling sedikit kontribusi" Pembenci akan terus bicara, meski kebaikanmu lebih nyaring dari suara mereka.

LAINNYA