Melanesiatimes.com – Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menggelar seminar hasil pokok-pokok pikiran kebudayaan di Vega Prime Hotel, Sorong, pada Jumat (22/11/2024).
Kegiatan ini diadakan dalam kerjasama dengan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, untuk mendalami potensi kebudayaan dari lima kabupaten dan satu kota di daerah ini.
Seminar ini direncanakan berlangsung selama dua hari, yakni 22 hingga 23 November 2024, dan diikuti oleh 25 peserta. Namun, antusiasme terhadap acara ini sangat tinggi sehingga jumlah peserta melebihi target awal.
“Kami mengundang 25 peserta, tetapi karena acara ini penting, banyak yang hadir lebih dari yang kami targetkan,” ungkap Marthen Iek, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Papua Barat Daya.
Marthen menjelaskan bahwa pendataan untuk seminar ini telah dilakukan selama 14 hari sebelum acara. Seminar ini mengumpulkan pegiat kebudayaan dan kepala dinas pendidikan, kebudayaan, serta pariwisata kabupaten dan kota se-Papua Barat Daya. “Hadir juga pejabat dari perencanaan dan pihak penganggaran keuangan,” tambahnya, menunjukkan kolaborasi antar lembaga untuk memperkuat kebudayaan.
Hasil dari seminar ini akan menjadi langkah awal dalam merencanakan kegiatan kebudayaan di masa mendatang. “Kami berencana untuk 2025 melaksanakan kegiatan lanjutan serta menyiapkan master plan kebudayaan di Provinsi Papua Barat Daya dengan bantuan Unhas,” jelas Marthen, masih dengan semangat.
Marthen menekankan bahwa visi mereka adalah menjadikan Papua Barat Daya sebagai “taman mini” kebudayaan di kawasan ini. “Kami ingin Papua Barat Daya menjadi pintu masuk bagi pulau-pulau Papua, di mana semua kebudayaan bisa tersampaikan dengan baik disini,” ujarnya. Ini adalah upaya untuk menjadikan kawasan ini sebagai representasi berbagai budaya Papua.
Dalam menjalankan visi tersebut, Dinas Pendidikan Papua Barat Daya juga akan menjalin kerjasama dengan Balai Pelestari Kebudayaan Papua dan Papua Barat. “Terlebih dalam kepemimpinan Prabowo, Kementerian Kebudayaan kini berdiri sendiri, yang memberi kami peluang lebih besar untuk melestarikan dan mengenalkan kebudayaan,” tutur Marthen.
Salah satu realisasi dari konsep taman mini kebudayaan adalah menjadikan kota Sorong sebagai destinasi wisata budaya.
“Kami ingin semua turis, baik lokal maupun internasional, dapat melihat dan merasakan langsung ragam budaya Papua tanpa harus jauh-jauh ke masing-masing daerah. Misalnya, budaya dari Jayapura atau Wamena bisa ditampilkan di Sorong,” terang Marthen.
Dengan perspektif ini, seminar diharapkan dapat menjadi pijakan untuk mengembangkan berbagai program kebudayaan yang menarik. “Kami optimis seminar ini akan menghasilkan ide-ide segar yang dapat diaplikasikan untuk mengangkat budaya lokal,” tambahnya penuh harap.
Melalui langkah ini, Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya bertekad untuk memperkuat identitas budaya daerah sehingga dapat menjadi daya tarik utama dalam sektor pariwisata. Dengan dukungan semua pihak, diharapkan kebudayaan Papua Barat Daya dapat berperan aktif sebagai corong bagi semua wilayah Papua.
Acara seminar ini bukan hanya sekadar diskusi, tetapi sebuah upaya nyata untuk mewujudkan visi besar dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan yang berkelanjutan. Semoga, melalui kerja keras dan kolaborasi ini, Papua Barat Daya dapat menjadi pusat kebudayaan yang diakui dan dicintai oleh banyak orang.