lmuwan Indonesia-Australia Kolaborasi Daring, Bahas Tantangan Food Waste dan Solusi Berkelanjutan

waktu baca 3 menit
Senin, 18 Nov 2024 13:14 0 14 Ilham Saputra

Melanesiatimes.com – Dalam upaya mengatasi tantangan limbah pangan yang meluas, Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra menggelar Strategic Talk #4 bertajuk “Food Waste and Food Sustainability: Lessons from Australia and Indonesia”. Webinar yang berlangsung pada Kamis (14/11) ini mempertemukan para pakar pangan dari Indonesia dan Australia untuk berbagi wawasan serta mendiskusikan solusi berkelanjutan.

Kolaborasi Dua Negara untuk Masalah Bersama

Dari Australia, hadir Pablo Juliano Otero, seorang pemimpin di bidang Food Processing and Supply Chains dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO). Sementara Indonesia diwakili oleh dua profesor IPB University, Sahara dan Eko Hari Purnomo. Diskusi ini dimoderatori oleh Mayrianti Annisa Anwar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Dalam pembukaannya, Atdikbud Mukhamad Najib menyoroti bahwa food waste masih menjadi tantangan besar di kedua negara. Di Australia, kerugian ekonomi akibat limbah pangan diperkirakan mencapai AUD 36,6 juta. Di sisi lain, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara pembuang makanan terbesar di dunia setelah Arab Saudi.

“Kesamaan masalah ini menjadi peluang untuk memperkuat kerja sama. Upaya mengurangi perilaku boros pangan tidak hanya membantu mengatasi kelangkaan pangan, tetapi juga membuka jalan menuju sistem pangan yang berkelanjutan,” ujar Najib.

Inovasi dan Langkah Konkret

Pablo Juliano memaparkan upaya Australia mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030. Dengan fokus pada pengembangan teknologi sirkular dan platform up-cycling, limbah pangan diolah menjadi produk baru yang bernilai tambah. Teknologi ini menjadi salah satu strategi utama dalam mengurangi dampak negatif food waste terhadap lingkungan.

Sementara itu, Sahara mengungkapkan bahwa Indonesia mengalami kerugian hingga Rp 213–551 triliun per tahun akibat limbah pangan. Untuk itu, pemerintah telah meluncurkan berbagai kampanye, seperti gerakan “Setop Boros Pangan”. Sahara juga menekankan pentingnya perubahan perilaku masyarakat sebagai kunci dalam mengurangi limbah pangan secara signifikan.

Eko Hari Purnomo menambahkan bahwa food lost lebih sering terjadi pada tahap awal rantai pasok, terutama di sektor hortikultura dan perikanan. Sementara food waste banyak terjadi ketika makanan sudah siap saji namun tidak dikonsumsi. Ia juga menyoroti perlunya penerapan good handling practices (GHP) untuk menjaga kualitas dan kuantitas nutrisi pangan.

“Regulasi menjadi tantangan. Misalnya, perusahaan yang ingin mendonasikan makanan masih terbebani pajak, sehingga lebih memilih membuangnya,” jelas Eko.

Dukungan Luas dan Harapan Masa Depan

Webinar ini dihadiri lebih dari 100 peserta, termasuk akademisi, peneliti dari lembaga seperti BRIN, aktivis pangan, hingga perwakilan Food Bank Indonesia. Para peserta sepakat bahwa diskusi mengenai food lost dan food waste perlu dilanjutkan untuk menghasilkan solusi konkret bagi kedua negara.

Melalui kolaborasi ini, Indonesia dan Australia diharapkan dapat mengembangkan langkah inovatif untuk mengurangi limbah pangan, meningkatkan efisiensi ekonomi, serta menjaga kelestarian lingkungan.


Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

"Semua orang ingin dihargai, tapi banyak yang lupa untuk menghargai orang lain dulu." Hormat itu saling memberi, bukan cuma diminta.

"Orang bilang waktu adalah uang, tapi banyak yang menghabiskannya untuk hal sia-sia." Hargai waktumu, karena tidak ada toko yang menjual waktu tambahan.

"Kalau sibuk hitung rezeki orang, kapan sempat hitung bersyukur sendiri?" Rumput tetangga selalu hijau, tapi siapa tahu tanahnya beracun.

“Cinta yang dipenuhi alasan hanya bertahan sampai alasan itu hilang." Cinta yang sejati bertahan tanpa perlu dicari alasannya!.

"Orang suka menilai kebahagiaan dari luar, tapi lupa bahwa senyuman juga bisa dibuat-buat." Jangan iri pada apa yang terlihat, karena yang tak terlihat sering kali lebih nyata.

"Cinta yang dipenuhi alasan hanya bertahan sampai alasan itu hilang."Cinta yang sejati bertahan tanpa perlu dicari alasannya!

"Katanya teman sejati, tapi sinyalnya hilang pas kita butuh." Teman yang baik itu hadir, bukan cuma saat senang.

"Dia yang paling sibuk mengomentari, biasanya yang paling sedikit kontribusi" Pembenci akan terus bicara, meski kebaikanmu lebih nyaring dari suara mereka.

LAINNYA