Melanesiatimes.com – Bulan sejarah terlupakan bagi kaum muda, Mungkin ada yang bertanya dan merasa heran dengan judul tulisan ini. Betapa tidak! Mari kita lakukan perjalanan sejarah kembali kebelakang. Apa yang terlupakan?
Indonesia negara yang menurut catatan sejarah adalah negara terjajah selama hampir tiga setengah abad, walaupun secara fakta itu tidak pernah terjadi.
“Bahwa selama tiga setengah abad itu perjuangan melawan penjajah terus di lakukan dari para pendahulu (faunthing fathers) kita. Yang bangganya tercatat, bahwa perlawanan hanya dengan menggunakan bambu runcing namun kita dapat mengusir penjajah,”tutur Alex kepada Media Melanesiatimes.com Sabtu (16/10/2024).
Masih banyak juga cerita lainnya menjadi pengantar semangat kita dalam menghayati perjalanan sejarah bangsa ini.
Demikian juga dengan peran pemuda yang telah menjadi monumen terlupakan masuk dalam catatan sejarah indonesia, salah satunya terkait dengan judul tulisan ini.
Tepatnya bulan oktober tahun 1928 sejarah mencatat berdirinya sebuah organisasi yang di namai “budi utomo” secara singkat organisasi “budi utomo” berfungsi sebagai kelompok yang membantu pergerakan untuk melawan penjajah. Tak lama kemudian dirasa organisasi ini berdiri hanya menghimpun beberapa kelompok saja sehingga di usulkan untuk namanya di ubah yaitu pada tanggal 28 oktober 1928 agar menghimpun seluruh pemuda
Sejarah ini telah menjadi momentum penting dalam perjalanan bangsa Indonesia yang sangat identik dengan perjuangan pemuda pada masa itu.
“Sebagai komunitas terjajah keinginan untuk merdeka hanyalah sebuah anggan-anggan yang dikatakan oleh seorang sejarawan dan anantropolo Benedict Anderson sebagai (imagine comunity) Namun dengan tekad dan perjuangan keras untuk mempersatukan cita-cita besar (nasionalisme) sehingga ekspektasi besar itu pun menjadi kenyataan,” ucapnya.
Jika ditarik dari masa lalu hingga sekarang, peran pemuda dari masa ke masa sangatlah berpengaruh dalam perkembangan suatu negara. Pasalnya jika ditelaah secara mendalam, yang menyebabkan Indonesia berkembang hingga sekarang ini sebagian besar adalah peran dari pemuda.
Sebagai contoh peristiwa Rengasdengklok, lengsernya Presiden Soeharto, semua ini terjadi adalah atas kehendak peran pemuda, itulah mengapa pemuda disebut sebagai Agent of Change, karena darah yang mengalir pada tubuh seorang yang di katakan sebagai pemuda ialah darah perjuangan.
“Lantas, apa sih yang sudah kita lakukan pada masa sekarang ini, yang katanya memasuki era dengan semua kecanggihan teknologi ini?,” tanya Alexander
Tidak dapat dipungkiri bahwa di era kecanggihan teknologi ini perlahan namun pasti telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk pola pikir manusia khususnya Pemuda.
“Sadar atau tidak, kata Alex l, pemuda-pemudi di zaman sekarang nampaknya mulai acuh tak acuh terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh negara, mereka (para pemuda) lebih mementingkan kesenangan pribadi ketimbang memikirkan bagaimana nasib bangsa ini yang kelak bakal diteruskan tongkat estafetnya kepada kita generasi muda,”pungkasnya.
Di samping hilangnya karakteristik pemuda kita juga kehilangan daya dorong yang semakin surut di karenakan banyak momentum kita tidak terisi oleh gagasan Radikal. Pikiran dan gagasan pemuda ketika Di politisasi oleh tujuan praktis maka jangan salah apabila dibalik momentum demokrasi selalu saja kaum tua mengisi dan mendominasi seluk beluk kota.
Seperti yang dikatakan Ichsanudin Noorsi bahwa kelompok elite-nya Indonesia itu ada dua, pertama kelompok nasionalis yang menginginkan bahwa Indonesia harus tetap merdeka, artinya integritas bangsa ini harus selalu di jaga serta tidak boleh di jajah dalam bentuk yang baru.
Kedua kelompok senang untuk di jajah dengan bentuk baru yaitu bergabung dalam Parlemen dan ingin tetap mengikuti langkah praktis.
Menurut Alexander, tulisan ini bukan ditujukan untuk mengucilkan atau mendikotomikan pemuda sekarang, begitu pun sebaliknya, akan tetapi mari kita buka pikiran kita kembali bahwa masih banyak hal yang perlu kita sebagai pemuda lakukan sebagai upaya agar sejarah tidak hanya menjadi cerita dalam ruang-ruang diskusi tetapi menjadi fakta generasi.
Kita sebagai pemuda tentunya harus lebih prihatin agar bangsa ini tidak kehilangan jati dirinya. Bung Karno pernah berkata, “aku lebih senang pemuda yang merokok dan minum kopi sambil diskusi tentang bangsa ini, daripada pemuda kutu buku mementingkan diri sendiri”.
“Bacalah sejarah agar tidak di bodohi oleh zaman” tutup Alexander Sagey