Melanesiatimes.com – Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, menggelar Rapat koordinasi dalam rangka sosialisasi sistem registrai wisatawan serta dukungan pembangunan bandar udara perairan di Misol Selatan. Waisai (06/08/2024).
Giat ini dilakukan di ruang wayag kantor Bupati Raja Ampat, yang di hadiri oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Raja Ampat, Dispora Parekraf Provinsi Papua Barat Daya, Dispora Raja Ampat, Kepala Bandara DEO Sorong, Navigasi dan para pelaku pengelola wisata Se-Raja Ampat, hadir pula Pendiri Yayasan Carbon Ethics dari jakarta Jessica Novia.
Dalam mendukung pariwisata, rencana dinas perhubungan kota sorong lewat Kepala Seksi alur pelayaran Kantor Distrik Navigasi Tipe A Kelas satu Sorong, Ridwan S Rapi menyatakan pihaknya akan membuka jalur pelayaran Raja Ampat, Navigasi kota sorong juga telah melakukan survey alur pelayaran pada awal juni lalu, guna menertibkan transportasi laut, ” dari hasil survey ada 3 lokasi yang nantinya menjadi alur pelayaran kapal, yakni waisai – Kabui, Waisai Friwen dan waisai – Teluk Mailibit,” pungkasnya.
Ridwan juga menerangkan bahwa di bulan Agustus ini pihaknya akan melakukan survei lagi ke pualu Batanta dan Salawati.
Hal ini berkaitan erat dengan pariwisata, pasalnya alur kapal ini dibuat agar tidak mencemari terumbu karang, dan lingkungan konservasi di pulau Raja Ampat.
Alur pelayaran ini juga akan di tuangkan dalam peraturan pemerintah, sehingga kapal – kapal yang melintasi pulau Raja Ampat tidak berlayar ikut maunya sendiri (tertib).
“Harus ada aturan pemerintah yang dibuat agar kapal yang melintasi laut Raja Ampat tidak merusak lingkungan dan alam bawah laut Raja Ampat,” tandasnya.
Selain itu, Pendiri Yayasan Carbon Ethics, Jessica Novia, juga membantu pemerintah Provinsi Papua Barat Daya Dispora Parekraf, dalam mengurangi emisi carbon di wilayah wisata Papua Barat Daya, salah satunya adalah Raja Ampat, “kami membantu Dispora Parekraf Provinsi Papua Barat Daya, dalam hal identifikasi dan menghitung carbon mulai dari resort sampai trip yang di tentukan oleh Dispora Parekraf Provinsi Papua Barat Daya,” kata Jessica.
Lebih lanjut ia menerangkan, masalah utama kita adalah perubahan iklim, sehingga penting agar diketahui bahwa, perubahan iklim terjadi karena banyaknya carbon di bumi ini dan salah satu dampak terbesar adalah pariwisata.
Jessica juga berterima kasih kepada Dispora Parekraf Provinsi Papua Barat Daya yang memiliki kepekaan terhadap carbon. ” setelah ini kami akan membuat buku panduan Daerah Pariwisata, bagi daerah wisata yang terpilih dalam identifikasi carbonnya, hal ini dilakukan agar para pelaku pariwisata dan wisatawan dapat bertanggung jawab atas carbon yang di hasilkan dari pariwisata itu sendiri,” ujar Jessica.
Ia berharap spot-spot yang sudah dilakukan survei, seperti Saupan Mangrove Homestay, Kali Biru, Goesite Kabui, Piaynemo, Raja Ampat Dive Lodge, Papua Explorers, Arborek dan Nyande Homestay dapat bekerjasama mengurangi emisi carbon dan mendukung pemerintah provinsi Papua Barat Daya dalam menerapkan Pariwisata yang rendah carbon. (Ino)
Tidak ada komentar