Melanesiatimes.com – Yayasan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (YPPM) Maluku menggelar dialog kepemudaan dengan tema “apa kata orang muda tentang pemimpin ideal. Kriteria pemimpin ideal di pilkada Maluku 2024 di kota Masohi” pada kamis pagi, (25/07/2024).
Kegiatan yang diselenggarakan di wakupo kelurahan ampera kota masohi itu dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat diantaranya organisasi mahasiswa HMI, AMGPM, KNPI, pemuda masohi, aktivis dan insan pers.
Fahri Assyatri dan Harlyn Sahulata yang didaulat sebagai pemateri juga hadir pada kegiatan tersebut sembari memaparkan pokok bahasan seputar peran pemuda dalam menentukan pilihan pemimpin ideal untuk Maluku Tengah dan Maluku.
Dinamika diskusi berjalan lancar saat Sahulata yang menjadi pembicara pertama menjelaskan seputar tipe-tipe pemimpin yang harus diketahui jika ingin mengenal secara dekat karakter seorang pemimpin yang tepat.
“ada banyak tipe pemimpin, tinggal bagaimana kemudian kita bisa mengenal tipe mana yang cocok sesuai yang dibutuhkan maluku tengah sekarang,” ucap Sahulata.
Lebih lanjut Sahulata menambahkan “ada tipe kepemimpinan paternalistik, otoriter, kharismatik dan lainnya. Kita bisa ukur sejauh mana calon pemimpin kita berperan dan miliki integritas,” tambahnya.
Berbeda dengan Sahulata, Fahri lebih menekankan pada pentingnya pemuda memahami politik dinasti dan politik uang sebagai dua hal yang secara etika maupun moral kurang mencerminkan sikap berpolitik yang baik.
Menurutnya, seseorang harus berpikir realistis untuk tidak menjadi arogan jika saudaranya, suaminya, istrinya, anaknya menjadi pemimpin lalu dengan leluasa ingin monopoli semua sektor baik pada persoalan jabatan maupun keuntungan personal lainnya.
Dikatakannya, “kita tidak bisa membenarkan hal semacam ini (politik dinasti) terjadi. Ini jelas secara etika dan moral sangat keliru,” kata Assyatri.
Sementara itu saat ditanyai seputar kebiasaan masyarakat yang doyan menentukan pilihan berdasarkan besaran rupiah yang politikus berikan, Assyatri menyimpulkan itu semua karena kurangnya pemuda dan intelektual hari ini dalam memberikan pemahaman dan edukasi yang baik di masyarakat.
“itu salah. Politik uang sangat mencedrai nilai-nilai demokrasi dan arah perpolitikan kita yang sehat,” jelasnya.
“namun demikian kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan masyarakat. Sebab kurangnya edukasi berpolitik yang baik dari para aktivis maupun pemuda kita,” tambahnya seraya menutup pembicaraan. (HUAT)