Melanesiatimes.com – Binar Pustaka Sorong, merupakan salah satu rumah pengetahuan, membantu mendidik serta memanusiakan manusia dalam pendidikan dan pengetahuan yang dimotori oleh Meylona Saduri. Kabupaten Sorong (20/07/2024)
Cikal bakal perubahan peradaban manusia di mulai saat ia hendak mengucapkan pengetahuan, sehingga memastikan peradaban itu terus hidup sama halnya dengan mengisi sendi-sendi kehidupan dengan pengetahuan, hal demikian yang menjadi spirit saya terus giat memperpanjang jalan pengetahuan di tanah Papua.
“Untuk berkontribusi memajukan sumber daya generasi Papua dengan memperkenalkan energi positif pengetahuan, hal sepadan yang mendorong saya, untuk membawa salah satu agenda kemanusian ke kampung ini dan di terima baik oleh masyarakat,”terang
Terlihat juga antusiasme masyarakat dalam menyambut kami di dorong dengan aksi kepala kampung membuat pemberitahuan panggilan kepada seluruh anak-anak di kampung maibo yg berkisar 107 anak untuk hadir dan belajar bersama kami.
“Kami telah menyiapkan beragam alat baca tulis berupa, buku tulis, dongen anak, sains, dan cerita rakyat Papua, tujuannya untuk membuka cakrawala berfikir anak dan mengajak mereka berimajinasi tentang Papua melalui buku- buku yang kami sediakan,” ucap Meylona
Kendati demikian, agenda ini berhasil mengakomodir anak-anak dari yang belum sekolah hingga yang jenjang sekolah dasar dan di hadiri juga oleh ibu-ibu yang merasa peduli terhadap kegiatan kami. Sehingga dapat saya pastikan agenda ini akan kami adakan lagi. Pasalnya ini merupakan permintaan anak-anak dan juga warga setempat,” tambahnya
Slogan yang memotivasi anak-anak untuk terus belajar adalah hari ini ko baca besok ko bangun Papua yang terus di gaungkan oleh pendiri pinar pustaka Sorong itu agar menjadi kompas penggerak yg mengarahkan jalan menuju masa depan anak-anak Papua.
Meylona mengungkapkan mengingat minat baca untuk anak-anak dan juga remaja pada umumnya di kota Sorong sendiri hampir di pastikan masih minim, oleh sebabnya upaya untuk meminimalisir lajunya budaya literasi bukan saja di hulu tetapi juga sampai ke hilir, dalam hal ini ke pelosok-pelosok kampung, terus kami upayakan.
Harapannya adalah, budaya literasi terus hidup dan berkembang di tanah Papua khususnya kota Sorong, hingga bisa menjadi obat penawar dari setiap problem yang terjadi di tanah Papua, sebab jika hari ini ko baca, maka besok ko sudah punya gambaran tentang arah Papua mau ko bawa ke mana. (Sintia rahayaan)