Melanesiatimes.com – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai organisasi kemahasiswaan yang berbasis NU ikut andil dalam menyeret Kyai Pesantren dan Tokoh NU ke kancah politik. Pada situasi tertentu PMII memang sengaja melibatkan kiai dan tokoh NU untuk berpolitik. Rabu (01/05/2024)
“PMII terutama yang senior-senior itu punya kontribusi besar dalam menyeret Kyai dan Tokoh NU ke pusaran politik. Jadi sebenarnya kita tidak bisa menyalahkan orang-orang tua, karena ini hanya ulah adik-adik yang sedang mencari panggung,” ungkap Alvita saat di temui di kantor PCNU Kota Sorong, Rabu sore.
Demikian disampaikan Ketua LAKPESDAM NU Kota Sorong, saat memberikan tanggapan atas statement adik-adik PMII Sorong yang di-posting di salah satu media lokal Sorong.
Terseretnya Kyai dan Tokoh NU ke pusaran politik, kata Alvita, menyebabkan terjadinya distorsi nilai-nilai. Masyarakat juga tidak lagi mempunyai pegangan nilai karena tokoh-tokoh keagamaan sudah dilihat sebagai politisi.
Menurutnya, PMII saat ini bertugas untuk mempersepsikan kembali Kyai dan Tokoh NU sebagai tokoh keagamaan yang melakukan pembinaan kepada masyarakat. “Bahkan, sebenarnya malah tidak harus berbicara tapi cukup berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh para Kyai, ini sama saja dengan mempersepsiakan Kyai,” katanya.
Hal senada di sampaikan Mustasyar PCNU Kota Sorong, H. Abidin saat di konfirmasi mengaku terkejut membaca pernyataan adik-adik PMII Sorong yang menyeret nama Tokoh NU ke dalam Politik menjelang Pemilukada 2024 ini.
“Tidak etis dan sangat tidak pantas pernyataan seperti itu diangkat adik adik PMII tanpa sepengetahuan para sesepuh NU. Biasanya tidak seperti ini, saya kaget, di saat membaca judul beritanya,” ujar H.Abidin
Aktivis muda NU Sorong Syarif Rahman turut menambahkan “Saya kira adik-adik PMII lebih tepat mengadakan kajian yang mengangkat seputar permasalahan sosial, banjir dan tingginya angka pengangguran di Sorong untuk menjadi rekomendasi kepada pemangku kebijakan di Kota Sorong,” imbuhnya
Lebih lanjut ia mengatakan “Sangat disayangkan menyeret jam’iyah NU dipusaran Politik. Kita semua paham bahwa NU sudah kembali ke khittah dan sejak saat itu sudah bukan lagi Partai Politik, namun NU merupakan bagian dari kekuatan Politik. Para sesepuh NU pun juga sudah merumuskan 9 Pedoman Politik Warga NU yang menjadi pegangan bagi segenap warga Nahdliyyin dalam setiap hajatan pesta demokrasi,” tutup Syarif.
Tidak ada komentar