Halte Doom: Berwisata Ditempat Yang Bukan Wisata » Melanesia Times
Nasional

Halte Doom: Berwisata Ditempat Yang Bukan Wisata

775
×

Halte Doom: Berwisata Ditempat Yang Bukan Wisata

Sebarkan artikel ini

Melanesiatimes.com – Halte Doom, merupakan tempat penyebrangan kapal laut, yang menghubungkan kota sorong dan pulau doom, juga merupakan salah satu tempat permandian, yang menjadi objek liburan masyarakat kota sorong, Minggu (28/01/2024).

Meskipun tidak termasuk salah satu tempat wisata, namun halte doom selalu diramaikan oleh masyarakat kota sorong, untuk bersantai dan liburan bersama keluarga, hal ini dilihat dari banyaknya pengunjung yang datang bersama keluarganya, seperti anak-anak dari umur 3 sampai 10 tahun hingga lansia.

Salah pengunjung bernama Yable ketika diwawancarai oleh media ini mengatakan “Saya dan keluarga sering kesini untuk mandi-mandi di hari libur, selain dekat disini juga tidak ada retribusi, hanya membayar uang parkiran”. Ujar Yable.

Menurut Yable, air garam merupakan salah satu alternatif pengobatan juga, seperti penyakit kulit, struk dan lain-lain, “Kalau kami sering mengalami penyakit kulit atau luka, kami selalu mandi disini untuk menyembuhkan penyakit atau luka tersebut”. Tambah Yable.

Hal senadapun disampaikan Hartono, salah satu pengunjung yang mengalami struk, Hartono menjelaskan “Dulu saya tidak bisa berjalan karena penyakit struk, namun saya rutin mandi air laut, Alhamdulillah lambat laun mulai berkurang dan sampai sekarang sudah bisa beraktifitas kembali, pasalnya air garam itu alami, tanpa bahan kimia juga merupakan ciptaan Tuhan yang diberikan kepada manusia, sehingga menjadi sebuah pengobatan alternatif secara alamiah”. Terang Hartono.

Selain berlibur, Halte Doom juga merupakan objek pose atau selfi para pengunjung, apalagi dilepas pantai yang terlihat pulau dan kapal, seakan terlihat indah panorama pantainya.

Jumlah pengunjung yang sering berkunjung pada hari libur seperti hari minggu, bisa mencapai 700 sampai 1000 orang, parkiran pun penuh dengan kendaraan roda 2, media ini langsung bertanya kepada seorang penjaga parkiran, ia mengatakan “Kalau hari libur, penghasilan 500ribu lebih, itupun ada yang bayar 1000 rupiah dan adapun yang tidak membayar, kami juga tidak bisa memaksakan untuk membayar, kami disini 3 orang, jadi masing-masing dapat segitu”.

Yable dan Hartono berharap, Pemerintah Kota Sorong maupun Provinsi PBD, harus melihat peluang ini, terutama Dinas Pariwisata kota dan Provinsi, kalau ditata dan dikelola dengan baik sebagai Aset Pendapatan Daerah (APD), maka ini akan menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi oleh masyarakat kota sorong dan lama kelamaan akan terlihat turis mancanegara yang datang. “Sayangnya pemerintah hanya fokus kepada tempat wisata para investor luar,  sehingga hal yang bisa dikelola menjadi objek wisatapun tidak diperhatikan”. Ucap Yable dalam mengakihiri wawancaranya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

error: Content is protected !!