OpinI

Renungan Terhadap Kongres HMI XXXII : Optimisme Sebagai Syarat Perbaikan dan Kemajuan HMI

80
×

Renungan Terhadap Kongres HMI XXXII : Optimisme Sebagai Syarat Perbaikan dan Kemajuan HMI

Sebarkan artikel ini
Foto : Habib Hidayatullah - Bendahara Umum HMI Cabang Jakarta Selatan. / Ist

Oleh : Habib Hidayatullah – Bendahara Umum HMI Cabang Jakarta Selatan.

Melanesiatimes.com – Sejak dibuka pada jumat (24/11) oleh Presiden Joko Widodo, kongres HMI ke XXXII telah memasuki hari ke 15. Waktu yang begitu terlambat dibanding apa yang telah ditetapkan sebagai timeline kegiatan. Hal ini terjadi akibat pengunduran sebagai dampak dari dinamika eksternal forum dan internal forum. Dinamika eksternal forum dapat berupa lobi-lobi yang belum selesai di meja kopi. Sedangkan dinamika internal forum seringnya berupa chaos atau perdebatan antar delegasi. Perdebatan dari yang bersifat serius hingga receh sekalipun, telah terjadi.

Sebagai struktur kekuasaan tertinggi, kongres HMI diharapkan tidak hanya menjadi tahapan yang mesti ditempuh untuk mengalihkan kekuasaan, namun juga menjadi wadah aspirasi kader dalam bentuk evaluasi dan proyeksi mengenai arah HMI kedepannya. Karena, pengambilan keputusan dalam kongres sangat erat kaitannya bagi HMI sebagai organisasi dan personal kader-kadernya.

“Dari sana kita bisa melihat terdapat kesinambungan dari kongres ke kongres.”

Dengan alasan itu, kita berpendapat, hasil pencermatan yang membandingkan kongres ke XXXII dengan kongres-kongres sebelumnya, tidak relevan. Karena apa yang dianggap sebagai kemunduran dalam kongres kali ini adalah dampak dari kongres sebelumnya. Oleh sebab itu, kita menyarankan, fenomena-fenomena yang terjadi hendaknya tak dilihat dengan kacamata romansistik nan pesimis.

Telah 15 hari kongres HMI ke XXXII di pontianak berjalan. Terlambat dari batas waktu yang telah ditetapkan. Suka tidak suka, itu sudah terjadi. Tapi, apakah kita tidak boleh berharap ? Tidak bolehkan kita  optimis untuk menjalani kongres ini ?

Memasuki sidang paripurna pleno 3 kongres PB HMI, kita berharap hasil-hasil diskusi setiap komisi mampu memberi dampak, baik bagi internal HMI ataupun eksternal HMI. Penulis sendiri terlibat dalam komisi E pembahasan rekomendasi.

Dalam komisi E, rekomendasi-rekomendasi sudah disusun. Ada rekomendasi yang berkaitan dengan isu pendidikan, ekologi, kelembagaan dan lainnya. Diantara yang menarik adalah rekomendasi yang ditawarkan kawan-kawan cabang ternate, mengenai keharusan peran HMI dalam menjadikan isu ekologi sebagai acuan kebijakan internal dan eksternalnya. Penulis pun sebagai delegasi dari cabang jakarta selatan mengusulkan 3 rekomendasi, sebagai berikut :

1. PB HMI membentuk penerbit buku ber-ISBN. Hal ini dirasa selain dapat mengakomodir potensi kader dalam bidang tulis menulis, juga bisa menerbitkan kembali buku-buku HMI yang ironinya sekarang kebanyakan berupa buku bajakan. Padahal, tokoh-tokoh yang pernah menulis buku tertentu atau keluarga tokoh terkait, berhak atas komisi dari penjualan buku tersebut. Selain itu, hasil dari penjualan buku-buku yang telah diterbitkan, dapat menjadi sumber pemasukan bagi organisasi.

2. PB HMI, dalam hal ini, bidang pembinaan anggota mengadakan try out siswa tingkat nasional. Rekomendasi ini adalah bentuk komitmen HMI sebagai stakeholder dalam menyiapkan manusia berkualitas untuk menyongsong indonesia emas 2045. Selain itu, berdasarkan nomenklatur HMI, dalam pedoman perkaderan, program ini termasuk dalam fase pengenalan HMI kepada masyarakat luas, terutama siswa yang nantinya akan memasuki universitas. Lebih lanjut, HMI berkesempatan lebih dalam mendapatkan calon kader berkualitas.

3. Pemerataan pelaksanaan program PB HMI, terutama pada wilayah di luar jawa. Rekomendasi ini lahir dari evaluasi LPJ Pengurus PB HMI 2021-2023. Dalam berkas LPJ tersebut, disebutkan telah dilaksanakan kurang lebih 136 program kerja. Namun, yang dilaksanakan di luar pulau jawa hanya sekitar 10 program kerja. Padahal, berdasar dari apa yang dituliskan dari pandangan umum LPJ ketua umum, bahwa sebagian pengurus berdomisili di daerah atau di luar jakarta.

Pemerataan pelaksanaan program diperlukan agar peran PB HMI terasa di tatanan grass root, dan agar program-program setiap bidang PB HMI menjadi relevan bagi wilayah-wilayah badan koordinasi dengan isu yang beragam.

Itulah butir-butir rekomendasi yang ditawarkan oleh penulis. Akhir kata, hendaknya kita optimis dalam memperbaiki dan memajukan himpunan kita ini. Saat optimisme merasuki setiap diri kader, perbaikan-perbaikan tidak hanya mungkin bahkan pasti terjadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!