Melanesiatimes.com – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menyosialisasikan panduan komunikasi krisis sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) di Jawa Barat (Jabar) dan Bali sebagai provinsi yang masyarakatnya banyak bergerak di sektor parekraf.
Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf I Gusti Ayu Dewi Hendriyani dalam pernyataanya di Bali, Rabu (27/9/2023) mengatakan selain melalui pertemuan dengan para kepala dinas pariwisata di seluruh Indonesia, panduan komunikasi krisis sektor parekraf juga rencananya akan disosialisasikan melalui The Weekly Brief with Sandi Uno (WBSU).
“Panduan tersebut berisi checklist langkah-langkah komunikasi yang perlu dilakukan untuk merespons isu yang berpotensi menjadi krisis maupun krisis yang sedang terjadi yang dipantau melalui Crisis Detection Analysis (CDA),” katanya.
Menurut Dewi, sektor parekraf, khususnya pariwisata merupakan industri persepsi. Persepsi yang timbul dari pengalaman indrawi atas aktivitas leisure, entertainment, wellness, dan lainnya. Persepsi ini erat kaitannya dengan reputasi atau citra dari sebuah atraksi ataupun destinasi yang ada dalam ekosistem pariwisata.
“Kondisi krisis erat kaitannya dengan situasi ketidakpastian dan kegelisahan. Sektor Parekraf memiliki kerentanan tinggi terhadap krisis. Komunikasi strategis membantu mencegah atau mengurangi dampak negatif ketika krisis parekraf terjadi,” ujarnya.
Untuk diketahui, sosialiasi tersebut dilaksanakan pada 22 September 2023 di Jawa Barat dan 26 September 2023 di Bali dengan menghadirkan stakeholder terkait parekraf.