Melanesiatimes.com – Negara demokrasi terbesar di Afrika siap untuk mengadakan pemilihan nasionalnya, tetapi meningkatnya kekerasan tampaknya akan menghalangi banyak pemilih untuk memberikan suara mereka. Seberapa besar kemungkinan kandidat yang sukses akan mengantarkan stabilitas yang sangat dibutuhkan?
Ada empat kandidat dari partai politik utama Nigeria berusaha untuk menggantikan Presiden Muhammadu Buhari dalam pemilihan presiden pada 25 Februari 2023 dan masalah utamanya adalah ekonomi yang memburuk dan meningkatnya pelanggaran hukum.
Krisis keamanan yang berkecamuk di banyak bagian negara itu mengancam kehidupan dan mata pencaharian, serta berpotensi membahayakan kemampuan banyak orang untuk memilih. Pemerintah, bagaimanapun, telah mendukung rencananya untuk melanjutkan pemungutan suara, ketua komisi pemilihan umum, Mahmood Yakubu, menyatakan mereka “tidak mempertimbangkan, apalagi merencanakan, untuk menunda pemilihan umum 2023”. Ujar Mahmood sebagaimana dikutip Melanesiatimes.com, Sabtu, (11/03/2023).
Pemimpin saat ini, Buhari, yg terpilih pada 2015 menyusul eskalasi ketidaknyamanan, terutama di timur laut negara itu. Namun, sejak itu, ia gagal memasang strategi kontra-pemberontakan dan kekerasan meningkat. Dalam laporan Nigeria terbarunya, Bertelsmann Transformation Index (BTI), sedang menyoroti kekosongan politik dalam menghadapi ancaman tersebut.
“Kinerja buruk masa jabatan pertama Presiden Buhari berlanjut dan bahkan memburuk karena pandemi dan ketidakmampuannya untuk memprofesionalkan militer dalam kampanyenya melawan pemberontakan Islam,” kata para ahli BTI. “Masih belum jelas bagaimana pemerintah pusat dan pemerintah daerah berniat untuk berhasil melawan teror, geng, dan pembajakan Islam dalam jangka menengah.” Katanya