Melanesiatimes.com – Seberapa penting mendapatkan gelar sarjana, Magister dan Doktor? Dibutuhkan perjuangan keras dan proses yang tidak bisa dikatakan sebentar bagi seseorang untuk mendapatkan gelar diatas.
Sebelum kita bicara soal judul diatas perlu kita bahas soal dunia kemafiaan. Kita semua tahu bahwasanya, akhir – akhir ini bangsa Indonesia dibuat ramai dengan diberitakan terkait permainan mafia minyak goreng, mafia tanah, mafia gas, dan banyak lagi.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa mafia minyak, tanah dan gas masih bergentayangan di negeri ini, hingga mengakibatkan kerugian negara.
Hanya sedikit yang terungkap, barangkali masih banyak penguasa daerah yang belum terungkap dan tertangkap dalam kasus jual – beli tanah, gas dan minya di daerah. Namun ada hal yang menarik adalah ketika kami menemui cerita seorang korban terkait dengan mafia jurnal.
Sebelum jauh kita bahas soal mafia jurnal yang kini bergentayangan dan memakan korban. Kita bahas dahulu terkait pentingnya menulis dan membranding diri kita lewat tulisan atau karya tulis kita sendiri.
Menulis itu penting sebab tulisan kamu sebagai bukti bahwa kamu memang seseorang yang benar – benar fokus pada isu tentu atau cabang ilmu tertentu sesuai dengan jurusan dan gelar yang akan kamu pikul.
Jika kamu sebagai seorang mahasiswa S1, S2 dan S3 tidak pernah menulis dan masyarakat tidak pernah menemukan tulisan serta pikiran kamu dalam Google alias bukan seorang penulis, pada profesi tertentu seperti profesi sebagai penulis jurnal atau opini tentang korupsi dan atau hukum bisnis.
Tiba – tiba diakhir kuliah, ada tulisan di media baik cetak maupun online tersebar atas nama kamu, menulis tentang Pemberantasan Korupsi atau Hukum Bisnis. Hal ini akan menimbulkan pertanyaan di ruang publik siapa orang orang ini, kapan dia menulis tentang hal ini, apa kerjaannya, jangan – jangan tulisan nya dibuat orang lain?
Pertanyaan ini muncul ketika kita tidak pernah menulis baik karya ilmiah atau opini tentang hal tertentu. Jika kamu tidak menulis disitu peran penting dari Mafia Jurnal yang kini merajalela di berbagai tempat dan platform online.
Ketika penulis menelusuri dari berbagai artikel, terdapat beberapa ciri – ciri jurnal, adapun jurnal nasional terakreditasi sendiri pada dasarnya merupakan kumpulan dari tulisan ilmiah yang tentunya memiliki ketentuan tentang bahasaan tersendiri. Berbagai Kriteria atau ciri-ciri dari jurnal nasional pun disampaikan kepada publik.
Tujuannya adalah untuk membantu para pembaca jurnal untuk mengetahui perbedaan dan melakukan penelitian. Antara jurnal seperti apa yang sudah terakreditasi dan yang belum. Sehingga untuk bisa masuk ke dalam jurnal nasional terakreditasi perlu memenuhi persyaratan atau kriteria. Adapun yang ditawarkan disini antara lain:
1. Memenuhi Kaidah Keilmuan
2. Memiliki ISSN
3. Terdapat Terbitan Versi Online
4. Jurnal Dikelola Secara Profesional
5. Ditujukan untuk Masyarakat Ilmiah
6. Diterbitkan Lembaga Mumpuni
7. Menampung Hasil Penelitian dari Berbagai Bidang Ilmu
8. Memiliki Direksi
9. Terindeks di DOAJ
10. Penulis dari Dua Institusi Berbeda
Mafia Jurnal Bergetayangan, Hati – Hati Para Calon Sarjana Magister dan Doktor
Dari berbagai informasi yang kami dapatkan, akibat dari tidak bisa menulis, akhirnya ada beberapa Mahasiswa, Magister dan Doktor yang ingin lulus dari perguruan tinggi di daerah Jabodetabek mengalami nasib sial.
Mahasiswa ini merasa kesulitan menulis jurnal akhirnya dimanfaatkan oleh mafia jurnal, mereka (mafia) membuat jurnal abal – abal dengan tarif atau harga tinggi. Ini akibat dari ngebut nya mahasiswa untuk cepat lulus dari perguruan tinggi. Namun secara pribadi belum siap untuk memenuhi syarat tersebut.
Calon sarjana, magister dan doktor ini, mereka di tawarkan jurnal oleh Mafia Jurnal dengan tarif mukai dari 4 jutaan hingga puluhan jutaan.
Lebih parah lagi, mereka (korban) rela jual motor dan tanah untuk bayar jurnal karena ingin cepat lulus dari perguruan tinggi dengan memanggul gelar doktor atau profesor. Kami Turut berduka cita atas kelalaian Bapak dan Ibu.
Semoga tulisan ini menjadi perhatian serius bagi perguruan tinggi agar selalu memberikan edukasi terutama kepada mahasiswa S1 terkait pendidikan seputar penulisan karya ilmiah dan opini – opini terkait isu tertentu agar mereka terbiasa, hanya itulah dunia pendidikan atau perguruan tinggi dapat membantu memberantas mafia pendidikan
Untuk diketahui, salah satu syarat meraih Sarjana, Magister dan Dokter adalah membuat karya tulis dan dipublikasikan di Jurnal.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menemukan ratusan jurnal ilmiah predator atau abal-abal. Mereka yang berada di balik jurnal predator ini kerap menipu dosen yang ingin mempublikasikan karya ilmiahnya.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Plt Dirjen Dikti) Kemendikbud, Nizam, mengatakan jurnal predator kerap menawarkan jasa penerbitan jurnal internasional. Nizam mengaku telah mengumpulkan sejumlah nama di balik jurnal predator tersebut.
“Ini ratusan jurnal yang abal-abal. Nah, kita membuat list. List jurnal-jurnal mana yang termasuk dalam kelompok jurnal predator,” kata Nizam di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat 31 Januari 2020. Lalu
Meski tak memerinci ratusan nama, dia mengatakan basis jurnal predator sangat luas. Mereka tersebar di berbagai negara.
Menurut guru besar Universitas Gadjah Mada ini, jurnal abal-abal tersebut memanfaatkan giatnya dosen Indonesia yang mengeluarkan jurnal internasional. “Indonesia dosennya lagi bergairah menulis. Jadi, itu salah satu potensi yang mereka lihat,” tambah dia.
Jurnal predator jelas merugikan dosen. Pasalnya dosen ditagih sejumlah uang untuk menerbitkan jurnal dengan iming-iming akan diluncurkan dalam rentang satu minggu.
Untuk meluncurkan jurnal internasional yang resmi, tak ada biaya yang dipungut dari dosen. Selain itu, prosesnya berlangsung lebih lama.
“Bisa berbulan-bulan. Soalnya ada tahap verifikasi, review, dan lain-lain dulu kan,” kata dia.
PENULIS : TEH PAHIT #BUKANURUSANKU
BUKAN URUSAN KU