Abdoel Moethalib Sangadji Ulama Pejuang
Pemikir Kemerdekaan ummat
Penulis : Kamil Mony
Melanesiatimes.com – M. Sangadji (Abdoel Moethalib Sangadji) yang dijuluki Jago Toea versi Koran Hindeburg Kalimantan dan S.K. Merdeka Solo oleh pemerintah Belanda ini merupakan salah satu tokoh pendiri bangsa juga perintis kemerdekaan Republik Indonesia serta ulama tercerahkan asal provinsi seribu pulau Maluku.
Lahir di negeri Rohomoni, pulau haruku, Kabupaten Maluku Tengah, 3 juni 1889. Ayahandanya adalah reghent (raja) negeri Rohomoni Abdul Wahab Sangadji, Ibunya adalah putri reghent (raja negeri siri sori Islam) di Saparua, Maluku Tengah.
Setelah cukup usia A.M.Sangadji disekolahkan kedua orang tuanya ke HIS (Hollandsche Inlandsche School) Saparua, setingkat SD setelah tamat dari HIS, A.M.Sangadji melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) setingkat SMP.
Tahun 1909, mencoba peruntungan dan mulai bekerja pada kantor pemerintah Belanda (Landraad Saparua) sebagai griffir Landraad (panitera pengadilan). Beberapa tahun di landraad Saparua beliau dipindahkan ke landraad Amboina dan tahun 1919 atas inisiatif beliau sendiri kemudian hijrah ke tanah Jawa bertugas di landraad Surabaya dan beralamat rumah di Gang Blauran no 4,Surabaya. Dan nanti memilih jalan juang bergabung dengan Syarikat Islam 1922 setelah sering berdiskusi soalan Islam, Kebangsaan, hingga tengah malam bersama – sama duo pentolan Syarikat Islam Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, Hadji Agus Salim, Abdoel Muis dan tokoh SI lainnya di rumah peneleh (sekarang museum HOS Tjokroaminoto) nomor 29- 31, Surabaya.
Sedari kecil A.M.Sangadji sudah mendapat pendidikan karakter, pengetahuan Islam secara kaffah dari orang tua juga guru furqan di kampung nya. Hal inilah yang mendorong keseriusan niat tulus, ikhtiar kebangsaan, nasionalisme Islam, dalam memperjuangkan ideologi kebangsaan dari perspektif Islam melawan kolonial.
Ketika abangnya Abdoullah Sangadji berada di Tenggarong, Kutai Kartanegara, pada tahun 1912.
A.M.Sangadji sering bertandang kesana sebab saat itu abangnya adalah pejabat teras Karesidenan Kutai Kartanegara sebagai Commies Controleur (asisten wedana) atau wakil bupati sekarang. Jejak peradaban Islam oude heer ini dimulai dari sana tahun 1917 mendirikan madrasah, mengajar baca, menulis, kepada anak anak pribumi. Nanti tahun 1937 bersama sama salah satu murid nya Abdoel Moeis Hassan (mantan gubernur kaltim) mendirikan BPPR (balai Pengadjaran dan Pendidikan Rakjat) di Samarinda.
Melakukan perjalanan menuju Sulawesi tahun 1923 membersamai tuan Tjokro, Akis, menghadiri kongres SI wilayah (nationale provinciale celebes congress) kongres itu melahirkan beberapa agenda penting diantaranya pendidikan melalui pembangunan sekolah – sekolah (madrasah) dan koperasi serta intesifikasi pertanian.
Jong Islamieten Bond (JIB) berdiri 1 januari 1925 adalah organisasi generasi muda Islam atau bisa disebut juga sebagai organisasi dari kelompok cendekiawan muda Islam pertama dan terkemuka. Dari JIB inilah lahir tokoh – tokoh penting modernis Islam sebut saja Mohammad Natsir, Mohammad
Roem, Mohammad Sardjan, Abdul Rahman Baswedan, dan masih banyak lainnya dimana pemikiran – pemikiran Islam kebangsaan mereka mendapat pengaruh signifikan, pengajaran dari trio SI (Tjokro Salim Sangadji). Pola pengkaderan JIB menurut Mohammad Roem merupakan pola kursus dan ceramah, sebagai organisasi kader kegiatan utamanya adalah studi ilmiah tentang Islam.
Pemuda Muslimin Indonesia (PMI) adalah organisasi pemuda dan keagamaan tertua di Indonesia didirikan di Yogyakarta 25 november 1928 . Pendirinya antara lain Hadji Agus Salim, Abdoel Moethalib Sangadji, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Samsuridjal, dll.
A.M.Sangadji didaulat menjadi pimpinan commite anshar Al Islam bekerja sama dengan Persatuan Islam (persis), Nahdatul Ulama, Al Irsyad, Muhammadiyah, dan perserorangan Islam di Batavia, 19 februari 1938 setelah melakukan oppenbare vergradering (rapat umum akbar) bertempat di gedung pemufakatan Indonesia) gang kenari batavia. Ketua A.M.Sangadji, M Kartosoedarmo (wakil ketua), Acep Moegni (sekretaris), Noor Mohammad Maricar (bendahara). Tujuannya adalah mencela tindakan tidak manusiawi tentara Inggris dan Amerika terhadap rakyat Palestina.
Apa yang kemudian diulas oleh mas Tarli Nugroho Sebelum proklamasi kita telah mendukung kemerdekaan Palestina. Dimana tulisan Hadji Agus Salim, Abdoel Moethalib Sangadji dan Abdul Rahman Baswedan mengecam penetrasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Inggris.
Menariknya adalah artikel A.M.Sangadji pada Koran Fadjar Asia tahun 1929, tentang Kemerdekaan Palestina bagi kaoem moeslimin : Hendaklah negeri Palestina dengan selekas – lekasnya diserahkan kembali kepada rakyat Palestina agar supaya diurus dan diperintahkan oleh mereka sendiri dengan hak kebangsaannya menurut asas demokrasi adanya.
Presiden Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam pernah dijabat A.M.Sangadji masa jihad 1930-1942, menggantikan sahabat karibnya Hadji Oemar Said Tjokroaminoto dimana sebelumnya tuan Tjokro menggantikan Hadji Samanhudi. Jago toea A.M.Sangadji terpilih secara demokratis pada kongres PSII di Yogyakarta, 24 – 27 januari 1930.
Menurut keterangan Mas Agustian (ketua SiGAP (Syarikat Islam tanggap bencana) yang saat itu berkesempatan mengunjungi daerah karang kobar sebagai relawan kemanusiaan penanganan bencana tanah longsor di daerah jemblung karang kobar, Banjarnegara, Jawa Tengah. Di karang kobar terdapat masjid raya menurut informasi dari pak Subur kepala sekolah SMP Tjokroaminoto karang kobar. menceritakan bahwa ada jejak Mimbar A.M.Sangadji ketika memberikan ceramah di Masjid Raya Karang Kobar. Saat itu Agustian membayangkan bagaimana bisa A.M.Sangadji yang terlahir dari desa Rohomoni, Maluku Tengah, jejaknya sampai di karang kobar daerah dataran tinggi, tidak jauh dari pegunungan dieng, jateng.
Tahun 1931 oleh Tjokroaminoto. A.M.Sangadji ditugaskan menjadi khatib shalat idul fitri di lapangan tegalega bandung. Beliau menyanggupi amanah sang jawa tanpa mahkota itu dan berkirim surat kepada panitia agar shalat idul fitri digelar di lapangan luas. Sontak, panitia dibuat kelimpungan. Sebab saat itu menggelar shalat di lapangan terbuka adalah hal baru tentu pasti akan mendapat larangan dari pemerintah kolonial Belanda. Tetapi panitia tidak kehabisan akal dengan pendekatan dan lobby kepada pihak Belanda akhirnya lisensi (ijin) menggelar shalat di lapangan terbuka itupun mendapat ijin namun dengan berbagai catatan tentunya. Usai A.M.Sangadji berceramah beliau kemudian ditangkap polisi Belanda dan dibawa ke residen van buitenzorg (Bogor) tetapi tidak membutuhkan waktu lama berkat lobby teman teman seperjuangan di sana A.M.Sangadji pun dibebaskan.
Abdoel Moethalib Sangadji sang ulama dan peretas peradaban Islam ini masih dalam tugas agenda – agenda PSII akhirnya pulang ke Maluku tahun 1932. Beliau sempat memberikan ceramah kepada murid – murid Madrasah Ibtidaiyah Mahasinul Akhlak kawasan trikora dahulu sekarang kantor PLN wilayah Maluku. Dari keterangan ustadz Abdul Kadir Liem, kakek saya Mohammad Sangadji, yang notabene adalah murid Madrasah MA itu kepada penulis buku A.M.Sangadji Sam Habib Mony bahwa ketika jago toea A.M.Sangadji sedang memberikan ceramah spionase Belanda seperti oppas dan polisi Belanda tak henti – hentinya memantau pergerakan A.M.Sangadji. Setelah A.M.Sangadji memberikan ceramah Islam dan Pendidikan kebangsaan beliau pun akan ditangkap dan dibawa ke markas residen van Amboina karena narasinya dihilangkan melecehkan pihak kolonial di Ambon. Namun hal itu tidak terjadi lantaran Jago Toea A.M.Sangadji sudah mencium gerak langkah polisi Belanda suruhan residen ini.
A. M. Sangadji menggunakan langkah seribu segera bergegas menuju kampung halaman nya negeri Rohomoni, di kampung nya ini beliau menjadi khatib jumat dengan naskah ceramah yang ditulis beliau sendiri dengan menggunakan bahasa arab karena memang beliau pandai berbahasa Arab.
Isi dari naskah itu adalah “Fardhuain “ (kewajiban menjalankan Syariat Islam). Tak hanya itu ulama tercerahkan ini bersama – sama abangnya Abdoullah Sangadji (reghent negeri Rohomoni) bertolak ke daerah Iha, Luhu, Olas, Ani, di wilayah Seram Bagian barat dan berhasil mendirikan madrasah di Olas juga Ani. Menariknya itu beliau menjadi tenaga pengajar utama tapi sayangnya madrasah itu hanya bertahan beberapa tahun satu sisi minimnya tenaga pengajar juga alasan penting dan mendesak jago toea A.M.Sangadji harus segera kembali ke tanah Jawa.
Afdelling Palopo, pada tahun 1933 – 1934 juga kota Makassar dan sekitarnya. Ketika dalam perjalanan balik dari Ambon menuju jakarta. A.M.Sangadji pun singgah di kota itu melakukan propaganda kepentingan Syarikat Islam lewat syiar dan dakwah Islam di sana. Sebagai orang pergerakan menuju kemerdekaan sekaligus risalah Islam Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam.
Sebagai catatan semoga saya tidak keliru nama tokoh pendidikan juga ulama ini setahu saya nama beliau hanya diabadikan pada dua gugus depan (gudep) di Indonesia, yakni gugus depan Madrasah Aliyah Negeri 2 (MAN) Samarinda dan gugus depan Madrasah Tsanawiyah (MTsn) Batumerah, kota Ambon.
FATTAQULLAHA MASTATHA’TUM BILLAHI FII SABILIL HAQ…