Melanesiatimes.com – Fenomena new media hari ini, mengilhami banyak aktivitas keseharian kita, Termasuk sebagai new culture yang bisa tak bisa harus accepted. Misalnya, aksi joget -jogetan digandrungi sebagai satu aktivitas yang populer di Indonesia.
Aktivitas ini Kerap kali, mewarnai telpon genggam kita yang difasilitasi langsung oleh aplikasi tiktok, Sebuah platform media sosial yang berisi video pendek dipadukan dengan musik.
Pengguna menampilkan gaya joget, ada juga membuat konten untuk membagikan prestasi, dan konten-konten education lainnya. Semua orang bisa mengakses termasuk publik figur yang menggunakan tiktok sebagai sarana aktivitas politik.
Namun, berbeda dengan Anggota Dewan perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dapil Provinsi Maluku Utara. Alien Mus yang menggunakan tiktok hanya sebatas memposting joget-jogetnya yang minim education.
Perilaku virtual ini, ditanggapi Wakil ketua Forum pascasarjana Maluku Utara Jabodetabek, dan juga sebagai Wasekjend Eksternal PB HMI, Fahris Badar. Menyampaikan, tiktok harus sebagai medium para publik figur untuk mengandungi aktivitas politiknya.
“ harus Membuat postingan politik yang itu membuka percakapan publik dan harus di serap sebagai bentuk aspirasi. Apalagi tiktok banyak di sukai kaum muda.” Ujarnya.
Dia juga menganggap postingan tiktok Ketua DPD I Partai Golkar MALUT itu, tidak mempertimbangkan latarbekang pengguna Tiktok yang varian, Ada anak-anak sampai orang tua. Postingan joget-joget seperti mengundang bias interpretasi.
“ sebagai pejabat rakyat harusnya membuat konten yang mengeducation Banyak masyarakat bukan malah memposting sesuatu yang membuat banyak kalangan gagal fokus.” Tanggapnya.