Gubernur Dianggap, Pertontonkan Ekspresi Unfaedah

MELANESIATIMES.COM – Direktur Monitoring Indonesia, Abdullah Kelrey melirik ekspresi Anies Baswedan yang diunggahnya di akun Instagram pribadi Gubernur DKI Jakarta itu.

Bacaan Lainnya

Ekspresi baca buku yang dilakukan tersebut dinilai tak memiliki unsur kemanfaatan alias unfaedah kepada masyarakat Indonesia terkhusus warga DKI Jakarta, tentunya yang hari ini masih dibayangi oleh musibah Pandemi Covid-19.

Ekspresi yang dipertontonan oleh Anies dan beberapa praktisi dan politisi hari ini tidak ada efek yang baik kepada masyarakat,” kata Abdullah Kelrey, Senin, (23/11/2020).

Menurut Kelrey, sebagai seorang pemimpin dalam setiap kata dan gerak langkah harusnya memberi dampak positif kepada publik.

“Bukan malah mempertontankan ekspresi diksi politik yang tidak bernilai baik,” imbuhnya.

Bahkan ia mengatakan sebagai seorang Gubernur DKI, seharusnya Anies melakukan sesuatu terobosan baru dan formula jitu agar membuat masyarakat DKI Jakarta merasa berani dan siap menghadapi tantangan musibah pandemi covid-19, di mana sampai hari kasusnya masih meningkat.

“Ingat bahwa, masyarakat hari ini berfikir untuk bagaimana keluar dari musibah pandemi. Saran saya, seharusnya apa yang dipertontonkan oleh Gubernur DKI dan beberapa tokoh yang juga ikut-ikutan melakukan hal yang sama yang sebenarnya tidak penting buat masyarakat,” tandasnya.

“Ingat bahwa yang dipikirkan masyarakat hari ini adalah solusi dan formula jitu agar keluar dari musibah pandemi Covid-19 bukan malah mempertontonkan sesuatu yang konyol gitu loh,” tutupnya.

Perlu diketahui, bahwa di akhir pekan kemarin, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengunggah sebuah foto yang menampilkan dia tengah mengenakan kemeja koko putih dengan sarung.

Tampak ada ornamen interior kaligrafi teks Arab serta meletakkan ponselnya di atas meja kayu. Sementara yang paling menyita perhatian publik adalah buku yang seolah tengah dibaca oleh Anies Baswedan yang berjudul “How Democracies Die”, merupakan sebuah buku cetakan tahun 2018 yang ditulis oleh Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt.

Secara umum, buku tersebut merupakan hasil penelitian selama 15 tahun berdasarkan pengakuan para penulis dan akan membahas tentang bagaimana sebuah sistem demokrasi itu hancur.

Pos terkait