MELANESIATIMES.COM – Saya ingat, dulu tahun 2016-2017an, ormas2 garis keras selalu berusaha mengadu domba TNI dan Polri. Mereka memuji2 TNI setinggi langit dan membanting Polri ke bawah tanah.
Narasi mereka, “TNI dilemahkan karena dibawah Panglima, sedangkan Polri langsung dibawah Presiden. Kok TNI mau ?” mengacak2 psikologis TNI yang pada masa orde baru pernah mengisi semua jabatan penting di negeri ini, mulai Presiden sampai Gubernur.
Dulu semua jabatan penting diisi para Jenderal TNI. Sesudah era Gus Dur, TNI kembali ke barak dan tidak banyak berada di pemerintahan yang rata2 sudah diisi oleh sipil.
Sesudah era SBY yang berasal dari militer, Jokowi adalah Presiden sipil berikutnya dan memimpin selama 2 periode. Dan kondisi psikologis ini dimainkan oleh kelompok ormas agama dengan mengangkat Panglima TNI waktu itu, Gatot Nurmantyo, sebagai pahlawan baru mereka.
Dan menariknya, Gatot menyambut baik pujian2 itu, sehingga berperilaku aneh selama menjabat. Yang sibuk nyari PKI lah, yang nobar lah dan segala macam hal dilakukan untuk menarik simpati kelompok garis keras itu. Perilaku dan ambisi Gatot Nurmantyo semakin jelas ketika ia sudah pensiun dengan membentuk KAMI.
Sekarang situasinya berbalik..
Sesudah Pangdam Jaya, Mayjen TNI Dudung Abdurachman, menurunkan banyak baliho Riziek di Jakarta dan berkata dengan tegas, “FPI bubarkan saja..”, ormas2 radikal berbaju agama itu seperti orang patah hati.
TNI yang dulu mereka harapkan sebagai jembatan mereka untuk memainkan api revolusi, mendadak jadi lawan berat mereka. Mereka langsung terdiam dan terduduk ketika TNI, dibawah komando Pangdam Jaya merobek2 baliho imam jumbo mereka. Gak percaya, “Kok kamu gitu sih ? Kita kan teman..”
Apalagi ketika melihat kenyataan bahwa Pangdam Jaya bertemu dengan Kapolda Metro, bersalaman erat untuk menjaga Jakarta. Makin hilanglah harapan ormas-ormas itu untuk memainkan narasi adu domba seperti yg selama ini mereka lakukan..
Dan rasa kekecewaan itu mereka tumpahkan, “TNI kok ambil kerjaan Satpol PP ? Hilang marwah kalian.. “. Bahkan mantan pemain organ tunggal, Tengku Zul, juga ngetwit dgn rasa sangat kecewa. Dia seperti ditinggal Mak Onah, usia 71, yang meski sudah sepuh tapi bodi masih bahenol bagai kambing sering olahraga. Hatinya hancur tak terkira..
Ketika dua penjaga negeri bersatu, maka rasa aman pun datanglah. Tidak boleh ada yang memecah belah mereka. Karena jika salah satu dari mereka dipakai untuk kepentingan politik jahat, selesailah kita.
TNI dan Polri adalah benteng terkuat negara. Jangan sampai benteng itu rubuh, kita harus jaga dengan apapun yang kita punya..
Seruput kopinya..
Denny Siregar
Tidak ada komentar