Melanesiatimes.com – Direktur Lingkar Wajah Kemanusiaan (LAWAN Institute), Muhammad Mualimin menyebut Gubernur DKI Jakarta, Anies R Baswedan lebih mirip sebagai ‘budak politik’ yang tersandera dukungan FPI-PA212 ketimbang kepala daerah yang bekerja untuk kepentingan semua penduduk Ibukota.
“Protokol kesehatan dan wibawa hukum tidak ada harganya di depan massa FPI penyambut Rizieq. Ini diperparah Anies yang tergopoh-gopoh sowan ke Petamburan. Untuk apa Gubernur terbirit-birit menemui pimpinan ormas? Ini tidak lain karena Anies tersandera dukungan, akhirnya jadi budak transaksi politik yang bermula dari pengerahan besar-besaran massa demo 2016” kata Mualimin di Jakarta, Sabtu (14/11/2020).
Wakil Sekretaris BPL PB HMI ini menduga, Anies berancang-ancang mempersiapkan diri jadi calon presiden 2024, sehingga dituntut terus menjaga dukungan dari bekas kelompok pemenangannya di Pilgub Jakarta 2017. Sebagai politikus, hal itu sah-saha saja. Tapi, dengan membiarkan ribuan pendukung Rizieq Shihab berkerumun tanpa mematuhi protokol kesehatan, itu sama saja Anies memberi karpet merah penyebaran Covid-19.
‘’Inilah kotornya gaya politik Anies. Sangat tidak patut kepala daerah malah ikut kerumun dan meremehkan Gugus Tugas Covid-19 yang sudah 8 bulan kerja mati-matian. Kalau lihat kerumunan tak bermasker, Gubernur yang benar itu harus marah dan memimpin penindakan hukum, bukan malah cium tangan dan lebur ditelan gelombang massa,’’ ujar Magister Hukum Universitas Nasional ini.
Di tengah melempemnya taring negara hukum menghadapi gerombolan FPI, Mualimin juga menyayangkan kinerja Polda Metro Jaya yang tidak tegas atau melakukan pembiaran atas barbarisme. Menurut penulis novel ‘Gadis Pembangkang’ ini, Polisi harusnya bekerja sesuai aturan hukum yang berlaku tanpa menunggu perintah politik dari kepala daerah atau pucuk eksekutif.
“Polisi itu hamba hukum. Ia mengabdi atas nama hukum. Jadi kalau Gubernur Jakarta melempem, Menko Polhukam sungkan menegur karena Mahfud dan Anies sama-sama KAHMI, ya polisilah yang harus gerak menyelamatkan masyarakat. Kalau Anies nekad datang di pernikahan anak Rizieq Shihab, sangat mungkin muncul lagi kerumunan besar dan bisa jadi klaster baru penularan Corona. Kita tahu virus tak pandang bulu pemeluk agama. FPI atau bukan, Corona tetap hinggap di tubuh siapapun.” pungkasnya.