Daftar Kejadian Berikut ini, Bertanda Lengsernya Rezim Joko Widodo dan PDI – Perjuangan

waktu baca 2 menit
Rabu, 28 Okt 2020 16:26 0 4 Ilham Saputra

MELANESIATIMES.COM – Ada kepercayaan masyarakat bahwa banyaknya bencana yang melanda Indonesia akhir-akhir ini sebagai sebuah pertanda. Ada yang mengaitkan dengan masalah politik, ada juga yang menganggapnya sebagai fenomena alam biasa.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyatakan erupsi Gunung Merapi akan terjadi dalam waktu dekat.

“Erupsi Merapi berikutnya sudah semakin dekat,” ujar Hanik dalam konferensi virtual, Senin (26/10), dalam memperingati 10 tahun erupsi besar Gunung Merapi 26 Oktober 2010.

Pasalnya, menurut Hanik aktivitas vulkanik Gunung Merapi semakin intensif. Berdasarkan data, rata-rata gempa vulkanik dangkal sebanyak 6 kali per hari. Sedangkan gempa multiface sebanyak 83 kali per hari. (CNN Indonesia.com)

Kejadian ini dianggap sebagian masyarakat sebagai pertanda akan berakhirnya rezim Joko Widodo atau PDIP dalam kekuasaan.

Kita lihat kebelakan, tanda-tanda Soeharto jatuh pada 1998 juga sudah banyak orang Kejawen memperkirakannya. Yaitu saat Gunung Kelud meletus pada 1990. Tidak pernah jelas kenapa orang Jawa selalu melihat bahwa letusan Gunung Kelud membawa tanda sebagai perubahan politik.

Gerakan mahasiswa yang muncul sebagai kekuatan social mahadahsyat hadir di mana-mana yang berujung pada peristiwa tewasnya banyak aktivis bersamaan dengan kerusuhan Mei 1998. ABRI waktu itu menjelma menjadi alat penguasa yang sangat represif, dan dengan santainya melakukan tindakan melanggar HAM yang sampai saat ini kasusnya tidak pernah jelas dan tak satu pun pelakunya dijebloskan ke penjara.

Kini di tangan Joko Widodo pula Polisi sudah dijadikan alat represif massa dengan mengeluarkan protap tembak di tempat bagi pelaku anarkis (yang belum bisa diklarifikasi maksud anarkisnya). Dengan protap ini tampak sekali bagaimana polisi semakin sewenang-wenang dalam penanganan para demonstran yang menyuarakan aspirasi sebagian rakyat (lihatlah penembakan anarko, mahasiswa, buru dan pelajar pada aksi menolak UU Cipta Kerja Omnibus Law berujung kisruh atau chaos, baik di Jakarta maupun daerah.

Pada masa Joko Widodo ini pula harga-harga kebutuhan pokok semakin melambung tinggi, perekonomian stagnan, pengangguran bertambah tiap tahunnya, lapangan kerja tidak ada pertambahan, dan angka penduduk miskin tidak berkurang.

Makin ruwet lagi, lambannya rezim Joko Widodo menyelesaikan masalah-masalah publik seperti Kasus HAM di Papua, Skandal Korupsi, belum lagi bencana COVID19 dan banyak masalah tidak terselesaikan melainkan dibiarkan begitu saja sembari menunggu masyarakat lupa.

Itulah beberapa catatan buat masyarakat indonesia, sebagai referensi dalam gerak langkah menuju Indonesia berkeadilan dan beradab.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

"Semua orang ingin dihargai, tapi banyak yang lupa untuk menghargai orang lain dulu." Hormat itu saling memberi, bukan cuma diminta.

"Orang bilang waktu adalah uang, tapi banyak yang menghabiskannya untuk hal sia-sia." Hargai waktumu, karena tidak ada toko yang menjual waktu tambahan.

"Kalau sibuk hitung rezeki orang, kapan sempat hitung bersyukur sendiri?" Rumput tetangga selalu hijau, tapi siapa tahu tanahnya beracun.

“Cinta yang dipenuhi alasan hanya bertahan sampai alasan itu hilang." Cinta yang sejati bertahan tanpa perlu dicari alasannya!.

"Orang suka menilai kebahagiaan dari luar, tapi lupa bahwa senyuman juga bisa dibuat-buat." Jangan iri pada apa yang terlihat, karena yang tak terlihat sering kali lebih nyata.

"Cinta yang dipenuhi alasan hanya bertahan sampai alasan itu hilang."Cinta yang sejati bertahan tanpa perlu dicari alasannya!

"Katanya teman sejati, tapi sinyalnya hilang pas kita butuh." Teman yang baik itu hadir, bukan cuma saat senang.

"Dia yang paling sibuk mengomentari, biasanya yang paling sedikit kontribusi" Pembenci akan terus bicara, meski kebaikanmu lebih nyaring dari suara mereka.

LAINNYA